Tidak hanya itu, pencabutan status internasional bandara di Kepri juga bakal berdampak pada meningkatnya biaya perjalanan. Karena wisatawan terpaksa mengakses bandara internasional yang jauh dari daerah yang ingin mereka kunjungi, sehingga biaya perjalanan bisa menjadi lebih mahal dan akan membuat wisatawan berpikir ulang untuk berkunjung.
Gubernur Ansar menerangkan, saat ini banyak warga berkebangsaan seperti China dan India yang mendominasi kunjungan wisman ke Kepri.
"Dari informasi pengelola Bintan Resort Cakrawala (BRS), tahun ini akan ada sebanyak 400 ribu wisatawan mancanegara dari China yang akan berlibur ke objek wisata Lagoi, Kabupaten Bintan," katanya.
Program perampingan bandara
Rencana pemerintah untuk mencabut status internasional sejumlah bandara internasional di Indonesia tersebut merupakan bagian dari program perampingan. Pemerintah merencanakan mencabut status internasional bandara dari 31 menjadi hanya 14 sampai 15 bandara saja, termasuk 2 bandara di Kepri.
Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi mengungkapkan alasan perampinang bandara internasional itu. Menurutnya, saat ini banyak bandara internasional yang tidak memiliki penerbangan internasional.
Mengacu pada data sebelum pandemi Covid-19, dari 31 bandara internasional, hanya empat bandara saja yang mendominasi penerbangan internasional. Keempat bandara itu adalah Bandara Soekarno-Hatta, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara Juanda Surabaya, dan Bandara Kualanamu.
Sementara dua bandara internasional di Kepri, Bandara Hang Nadim Batam dan Bandara RHF Tanjungpinang, tidak terlalu berkontribusi bagi penerbangan internasional.