Baca Juga: Jalan di Batam Licin karena Truk Tanah, Banyak Pengendara Jumpalitan dan Jatuh
Aktivitas masyarakat pun terhambat akibat banjir dan kemacetan lalu lintas tak terhindarkan. Hingga malam hari, curah hujan masih belum reda dan terus mengguyur sebagian besar wilayah Batam.
"Kami tidak bisa berangkat kerja, karena motor mogok saat mau melewati banjir di depan Rusun Anggrek. Air masuk ke dalam mesin," kata Dian, karyawan perusahaan di Batamindo yang tinggal di Sei Pancur.
Drainase tak lagi memadai
Hujan deras mengguyur Batam sejak Selasa pagi hingga malam hari. Ketidaktersediaan parit atau irigasi yang memadai menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir dan luapan air di beberapa tempat.
Baca Juga: Jalan Rusak dan Berlubang di Batam Terus Bertambah, Rawan Kecelakaan!
Kondisi ini diperparah dengan pembangunan kawasan pemukiman yang marak di beberapa tempat, tanpa memperdulikan dampak lingkungan. Ribuan pohon ditebangi, hutan menjadi gundul, dan tidak ada penyesuaian kondisi drainase.
"Banyak pembangunan rumah baru, sementara saluran air masih pakai drainase lama yang sudah lebih 10 tahun. Tidak ada penyesuaian, padahal debit air bertambah lebih dari dua kali lipat," kata Iwan, warga Tanjungpiayu.
Warga mendesak pemerintah benar-benar mempertimbangkan dampak lingkungan dari maraknya pembangunan oleh pengembang. Terutama agar tidak menebangi hutan bakau sembarangan dan menyediakan drainase yang memadai untuk mengantisipasi terjadinya banjir besar di Batam.***