Network
KEPRI POST - Simak pengertian sederhana menurut Islam, tidak berarti hidup miskin, pelit, dan menyiksa diri. Hidup sederhana tidak berarti hidup dalam kesengsaraan, kemiskinan, dan serba kekurangan. Kesederhanaan merupakan pola pikir dan pola hidup yang seimbang, tidak berlebihan dan mampu mementingkan sesuatu yang lebih dibutuhkan.
Kesederhanaan ialah kemampuan untuk ikhlas menerima yang ada, berusaha adil, dan bersyukur atas setiap rezeki yang diberikan. Adapun pengertian sederhana menurut Islam berarti seimbang, adil, proporsional, dan menyadari bahwa hidup harus mau memberi dan mampu berbagi, walau bukan dengan materi.
Sebagai panutan, Nabi Muhammad SAW telah banyak memberikan teladan dan contoh sikap kesederhanaan, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Dalam berbicara, beliau senantiasa menggunakan kata-kata yang sederhana, kadang-kadang diam tidak berbicara, kecuali untuk hal-hal yang sangat berguna. Seandainya berkata pun beliau selalu berisi kata-kata yang membawa kesejahteraan orang lain, bukan yang menunjukkan kelebihannya.
Baca Juga: Inilah Kisah 5 Rasul Ulul Azmi, Memiliki Kedudukan Istimewa Karena Ketabahannya
Dalam penggunaan harta kekayaan, beliau senantiasa membelanjakannya di jalan Allah. Hartanya lebih banyak beliau sedekahkan untuk orang lain. Beliau seorang nabi dan rasul dengan misi untuk mengubah sikap manusia dari sikap yang merusak, menuju sikap yang membangun. Beliau membawa keselamatan hidup manusia dunia akhirat.
Kepemimpinan beliau telah diakui seluruh dunia, baik muslim maupun non-muslim. Salah satu penyebab keberhasilan dalam memimpin umat manusia adalah keteladanan beliau, terutama dalam melaksanakan pola hidup sederhana serta keikhlasan dalam membawa misinya. Beliau tidak takut jatuh martabatnya di depan manusia karena kesederhanaannya, tetapi justru manusia merasa segan dan hormat karena kesederhanaannya.
Ayat tentang Kesederhanaan
Salah satu ayat tentang sikap hidup sederhana adalah Surah Al Furqan ayat 67. Kata Al-infaq yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah membelanjakan harta. Dalam ayat ini, para hamba Allah itu dalam membelanjakan hartanya tidak israf (melampaui batas).
Menurut bahasa, kata Al-israf berarti tindakan melampaui batas pada semua perbuatan yang dikerjakan manusia, meskipun yang lebih populer digunakan dalam hal infak (membelanjakan harta).
Dengan demikian, apabila seseorang membelanjakan harta untuk sesuatu yang diharamkan Allah, maka disebut sebagai Al-israf, melampaui batas. Allah melarang perbuatan berlebih-lebihan.
Baca Juga: 25 Nama - Nama Rasul Allah, dari Adam sampai Muhammad
