Ia terkenal sebagai salah satu tokoh Islam terkemuka di Indonesia dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 1975-1980.
Baca Juga: Kisah Singkat Buya Hamka, Seorang Ulama dan Sastrawan Asal Minangkabau
Sejak kecil, Hamka memang gemar membaca dan menulis, bahkan ia sudah menghafal Al-Qur'an sejak usia 7 tahun dan mampu membaca kitab-kitab agama.
Ketertarikan Hamka pada sastra terlihat saat berusia 10 tahun melalui tulisan-tulisan puisi dan cerita pendek. Ia sempat belajar di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), sebuah pendidikan menengah pada masa penjajahan Belanda di Indonesia.
Namun, Hamka memutuskan untuk meninggalkan sekolah tersebut dan lebih memilih untuk fokus pada kajian agama Islam. Ia belajar dari banyak guru agama, termasuk ayahnya sendiri yang seorang ulama terkemuka di daerahnya.
Pada usia 22 tahun, Hamka menunaikan ibadah haji ke Mekkah dan di sana menempa ilmu dari berbagai ulama terkenal. Kembali dari Mekkah, ia aktif menulis buku dan artikel tentang Islam, sejarah, sastra, dan berbagai tema lainnya.
Di antara karya fenomenal Hamka adalah Tafsir Al-Azhar serta sejumlah novel seperti 'Di Bawah Lindungan Ka'bah' dan 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck'.
Hamka juga pernah berkiprah di bidang politik dan menjadi salah satu pendiri dan pemimpin Partai Masyumi, sebuah partai politik Islam yang cukup berpengaruh pada masa kemerdekaan Indonesia.***