Ternyata, salah seorang anggota keluarga itu sedang sakit. la seorang anak muda bernama Ilyasa. Sakitnya sangat parah. Nabi Ilyas berdoa kepada Allah agar Ilyasa disembuhkan. Doa Nabi Ilyas dikabulkan. Ilyasa pun sembuh dari sakitnya.
Akhlak Nabi Ilyas yang mulia membuat Ilyasa tertarik. Ia pun mengikuti ajaran yang dibawanya. Ilyasa bersedia menemani Nabi Ilyas dalam berdakwah. Nabi Ilyas mendapat teman baru dalam berdakwah.
Ilyasa Diangkat Menjadi Nabi
Allah berfirman:
"Dan Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas umat yang lain (pada masanya)." (QS. Al An'am [6]: 86)
Sekian lama Ilyasa mendampingi Nabi Ilyas berdakwah. Akhirnya, ia diangkat Allah menjadi nabi dan rasul. Setelah diangkat menjadi nabi, ia bersama Nabi Ilyas bahu-membahu berdakwah menyampaikan agama Allah.
Tantangan dan rintangan dalam berdakwah dihadapi bersama. Mereka saling menyokong dan kompak dalam menjalankan tugasnya sebagai nabi dan rasul.
Kemunafikan Kaum Phunicia
Sepeninggal Nabi Ilyas, kaum Phunicia ditimpa musibah. Negeri mereka dilanda kemarau panjang tiga tahun berturut-turut. Terik matahari membakar sawah ladang mereka. Tanaman mereka mati mengering. Hewan ternak mereka juga mati kehausan.
Kaum Phunicia sangat menderita. Mereka mulai mengalami kelaparan. Sawah dan ladang mereka gagal panen. Saat itu, mereka teringat kepada Nabi Ilyas. Mereka merasa berdosa telah mengingkari seruan Nabi Ilyas.
Kaum Phunicia bermusyawarah untuk menemukan jalan keluar dari krisis. Mereka sepakat mencari Nabi Ilyas. Mereka ingin bertobat. Mereka menjelajahi jazirah Arab. Akhirnya, setelah melalui pencarian yang panjang, mereka berhasil bertemu dengan Nabi Ilyas. Saat itu Nabi Ilyas tengah bersama Nabi Ilyasa.
"Wahai ilyas, tolonglah kami. Negeri kami dilanda kemarau panjang. Kami terancam kelaparan. Mohonkanlah kepada Tuhanmu agar mencabut musibah itu. Kami berjanji akan bertobat kepada Allah dan mengikuti ajaranmu," tutur mereka penuh iba.