KEPRI POST - Presiden Iran Ebrahim Raisi membatalkan wawancara dengan jurnalis sebuah jaringan media internasional, Christiane Amanpour pada Rabu, 22 September 22, setelah menolak mengenakan jilbab selama wawancara.
Pembatalan wawancara yang dijadwalkan terjadi pada saat Iran menyaksikan protes nasional atas kematian seorang perempuan berusia 22 tahun bernama Mahsa Amini.
Perempuan ini dilaporkan meninggal karena 'serangan jantung' beberapa jam setelah 'polisi moral' menangkapnya, karena melanggar undang-undang yang mewajibkan perempuan mengenakan jilbab di depan umum.
Baca Juga: PT Infineon Buka Lowongan Kerja Permanen, Mulai Kerja 1 Desember 2022
Wawancara itu, rencananya menjadi pertama kalinya Raisi, seorang garis keras yang sedang berada di New York, Amerika Serikat, untuk menghadiri agenda dengan Majelis Umum PBB. Raisi akan melakukan wawancara terjadwal dengan Amanpour, kepala penyiar sebuah jaringan media internasional.
Presiden Iran membatalkan wawancara setelah Amanpour menolak permintaan untuk mengenakan jilbab, beberapa saat sebelum jadwal wawancara.
Amanpour dalam serangkaian tweet mengatakan bahwa ajudan Raisi menjelaskan bahwa wawancara tidak akan terjadi jika dia tidak mengenakan jilbab. Sebab saat ini adalah bulan Muharram dan Safar dan karenanya merupakan "masalah rasa hormat".
"Saya menolak dengan sangat halus atas nama saya sendiri dan jurnalis perempuan dimanapun karena itu bukan keharusan”, katanya.
Rencana wawancara tersebut akhirnya batal dan tidak jadi dilakukan.***