Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan pada11 Maret, 1 Idul Fitri 10 April, Ini Metode yang Digunakan

21 Januari 2024, 20:30 WIB
Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 11 Maret dan 1 Idul Fitri 10 April, ini metode yang digunakan. /Dok/Muhammadiyah

KEPRI POST - Muhammadiyah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan 1445 Hijriah pada 11 Maret 2024, sementara Idul Fitri 1 Syawal pada 10 April.

Penetapan 1 Ramadan dan 1 Idul Fitri 1445 Hijriah tersebut disampaikan Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammad Sayuti dalam konfernsi pers di Yogyakarta, Sabtu, 20 Januari 2024.

Hadir dalam acara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Majelis Tarjih, dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas.

Baca Juga: Muhammadiyah Jogja Expo 2023, Kembangkan Amal Usaha dan Gerakan Ekonomi Muhammadiyah

Muhammad Sayuti menjelaskan bahwa keputusan penetapan 1 Ramadan dan 1 Idul Fitri tersebut dilakukan dengan metode Hisab Wujudul Hilal Hakiki.

Ia berharap Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriyah dipatuhi oleh warga Muhammadiyah.

"Semoga maklumat ini diikuti oleh warga Muhammadiyah,” harapnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dan Sekretaris Umum, Abdul Mu’ti menandatangani secara resmi Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 tersebut pada 12 Januari 2024.

Baca Juga: Gibran Absen di Dialog Publik Muhammadiyah dan Pilih Hadiri Acara NU, Prabowo Minta Maaf

Apa Itu Hisab Wujudul Hilal Hakiki?

Saat ini, ilmu hisab telah mencapai tingkat akurasi yang tinggi. Ketinggian bulan, misalnya, dapat diketahui sampai pada ukuran detiknya.

Melalui hisab, kita bisa menghitung posisi geometris benda-benda langit guna menentukan penjadwalan waktu di muka bumi, sehingga dapat membuat perhitungan awal bulan kamariah dan penanggalan.

Dalam penentuan awal bulan kamariah, Muhammadiyah mengacu pada gerak faktual bulan di langit. Sehingga bermula dan berakhirnya bulan kamariah berdasarkan pada kedudukan atau perjalanan bulan benda langit tersebut. Inilah yang dinamakan dengan hisab hakiki.

Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, yakni matahari terbenam lebih dahulu daripada bulan, meski hanya berjarak satu menit atau kurang.

Menurut Muhammadiyah, dalam hisab hakiki kriteria wujudul hilal, bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat secara kumulatif.

Ketiga syarat itu adalah telah terjadi ijtimak, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan (piringan atasnya) masih di atas

ufuk. Apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak dipenuhi, maka bulan berjalan digenapkan tiga puluh hari dan bulan baru dimulai lusa.***

Editor: Zaki Setiawan

Tags

Terkini

Terpopuler