Singkat cerita, laksamana itupun mengamuk di kebun kueni miliki tuan tanah itu. Usai melampiaskan kemarahannya, ia pun pulang dan membiarkan buah kueni berjatuhan.
Setelah laksamana pulang, warga pun berbondong-bondong mengambil buah kueni yang berjatuhan. Warga kemudian memotong kecil-kecil buah kueni dan mencampurnya dengan santan dan gula. Mereka menamakan minuman itu dengan Es Laksamana Mengamuk.***