"Yang kita lihat adalah terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakornya. Terlalu banyak sinetronnya. Mestinya pertarungan gagasan, pertarungan ide. Bukan pertarungan perasaan," tuturnya.
Baca Juga: Ganjar Ngegas, Singgung Drakor dan KKN di Depan Prabowo-Gibran
Siapa Bermain Politik Drama Korea di Pilpres 2024?
Tahapan Pilpres 2024 telah melahirkan tiga pasangan capres-cawapres, yakni nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Anies-Muhaimin diusung oleh parpol yang tergabung dalam Koalisi Perubahan, terdiri dari Partai Nasdem, PKB, PKS, dan Partai Ummat.
Prabowo-Gibran diusung Koalisi Indonesia Maju yang terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, PSI, Gelora, Garuda, dan Prima yang tak lolos Pemilu 2024.
Sedangkan Ganjar-Mahfud diusung oleh parpol yang tergabung dalam koalisi PDIP, PPP, Partai Hanura, dan Partai Perindo.
Dari ketiga pasangan capres-cawapres tersebut, tak ada kubu yang ingin dianggap menciptakan politik drama Korea, karena berkaitan dengan elektoral.
Kubu Prabowo-Gibran melalui Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN), Nusron Wahid mengaku bahwa kubunya hanya menjadi penonton.
"Setiap drama ada penulis skenario dan aktornya. Kita sih penonton saja," katanya.
Sementara kubu Anies-Muhaimin melalui Sekjen PKS Aboe Bakar Al-Habsyi menyebut bahwa dinamika yang menunjukkan ada keberpihakan ke satu pihak dalam demokrasi memang bisa merugikan pihak lain.