Waspadai Bahaya Mengonsumsi Produk Kental Manis dan Ancaman Gizi Buruk pada Anak

- 30 Januari 2023, 09:20 WIB
Ketua Persagi Tangerang Selatan, Ari Retna memberikan edukasi bahaya mengonsumsi produk kental manis dan ancaman gizi buruk pada anak.
Ketua Persagi Tangerang Selatan, Ari Retna memberikan edukasi bahaya mengonsumsi produk kental manis dan ancaman gizi buruk pada anak. /tangkap layar/Persagi/

Baca Juga: Inilah Nama-Nama Timsel Calon Anggota KPU di 20 Provinsi di Indonesia

Masyarakat masib belum terbiasa untuk memperhatikan kandungan gizi pada suatu produk yang akan mereka konsumsi. Mereka lebih mudah termakan oleh pesan yang beredar di sosial media maupun iklan.

"Jadi tidak heran jika sampai saat ini masih banyak balita yang mengonsumsi kental manis sebagai minuman susu, karena pengaruh iklan yang berlangsung selama puluhan tahun. Maka dari itu, edukasi dan literasi gizi harus gencar dan meyasar seluruh lapisan masyarakat," katanya.

Nuke mengajak para siswa PKBM Maleo turut berpartisipasi menjadi agent of changes dalam peningkatan gizi keluarga. Mereka termasuk kelompok Gen Z yang sangat dekat dengan informasi dan digitalisasi.

"Kelompok ini jika tidak dibekali dengan pemahaman gizi yang cukup, akan rentan terhadap informasi yang salah dan menjadi sasaran komodifikasi makanan minuman yang tidak baik bagi kesehatan mereka. Sebagai contoh, minuman teh kekinian dengan toping kental manis yang berlebih ini dapat mengundang beragam penyakit lain," katanya.

Baca Juga: Inilah 5 Timsel Calon Anggota KPU Kepri Periode 2023-2028

PKBM Maleo melangsungkan pendidikan berbasis masyarakat dengan beasiswa penuh bagi masyarakat pra-sejahtera. Saat ini, sekolah itu menampung sebanyak 126 siswa jenjang SMP dan SMA dari keluarga prasejahtera di wilayah sekitar.

Meski tidak ada biaya yang dikenakan kepada siswa, namun PKBM Maleo juga menyediakan makan siang bagi seluruh siswa. Hal itu sebagai upaya untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi siswa.

Kepala Sekolah PKBM Maleo, Astrid Daulay, menjelaskan kondisi gizi kurang baik para siswa karena persoalan sosial serta ekonomi dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi.

"Bahkan, rata-rata mereka tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah, kebiasaan jajan yang tidak sehat seperti es sasetan yang harganya Rp1.000 sampai Rp2.000 ataupun makanan yang menggunakan bumbu penyedap rasa. Siswa jadi sering sakit perut dan kepala, ada juga yang sampai pingsan," ungkapnya.

Halaman:

Editor: Zaki Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x