Saparilis dan Ali Pon Raih Penghargaan Pemantun Adat Melayu Kepri dari UNESCO

13 Agustus 2022, 08:10 WIB
UNESCO serahkan sertifikat pantun sebagai warisan budaya takbenda dunia dan berikan penghargaan kepada Saparilis dan Ali Pon sebagai Pemantun Adat Melayu Kepri. /Humas Tanjungpinang/

KEPRI POST - United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) memberikan penghargaan kepada Saparilis dan Muhammad Ali bin Achmad atau terkenal dengan sebutan Ali Pon sebagai Pemantun Adat Melayu.

Kedua Pemantun Adat Melayu itu, baik Saparilis maupun Ali Pon, sama-sama berasal dari Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Saparilis merupakan Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang. Sedangkan Ali Pon adalah Maestro Pantun yang turut menjaga kelestarian budaya pantun di tengah masyarakat Kepri.

Penghargaan Pemantun Adat Melayu kepada Saparilis dan Ali Pon diberikan UNESCO pada penyerahan sertifikat pantun sebagai warisan budaya takbenda dunia.

Baca Juga: Natuna Hidupkan Taman Kota Himpun Dukungan Pegiat Seni Menuju UNESCO Global Geopark

UNESCO adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang fokus pada perlindungan situs-situs sejarah dan budaya dan berkantor pusat di Paris, Prancis.

Sertifikat diserahkan langsung oleh Sekjen Kemdikbudristek, Suharti di Plaza Insan Berprestasi Gedung A, Komplek Kemdikbudristek RI, Jakarta, Jumat 12 Agustus 2022.

UNESCO menilai bahwa pantun mempunyai arti penting bagi masyarakat Melayu. Bukan hanya sebagai alat komunikasi sosial, namun juga kaya akan nilai-nilai yang mejadi panduan moral.

Pesan yang disampaikan melalui pantun pada umumnya menekankan keseimbangan dan harmoni bagi hubungan antar manusia.

Baca Juga: 4 Pantun Jenaka dan Lucu Bikin Semangat Akhir Pekan

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanjungpinang Meitya Yulianti mengatakan, penetapan pantun sebagai warisan budaya takbenda dunia oleh UNESCO dapat mengenalkan budaya masyarakat Melayu kepada dunia.

"Kini pantun tak lagi sekadar budaya masyarakat Melayu, tapi sudah mendunia, sudah diakui oleh dunia," ujarnya.

Dengan sertifikat pantun sebagai warisan dunia UNESCO, Meitya berharap budaya pantun lebih meluas lagi di masyarakat, tidak hanya di komunitas pemantun saja.

Pantun juga semakin berkembang dan memberikan warna baru bagi tradisi masyarakat internasional.

"Harapan kita budaya berpantun lebih meluas lagi, tidak hanya di tengah komunitas pemantun saja. Tapi ada juga program untuk pelajar seperti pantun masuk sekolah atau lomba berbalas pantun dari tingkat SD sampai umum," katanya.***

Editor: Zaki Setiawan

Tags

Terkini

Terpopuler