Siswa di Rempang Batam Jadi Korban Gas Air Mata, Alissa Wahid: Apa Tidak Belajar dari Kanjuruhan?

- 10 September 2023, 13:30 WIB
Alissa Wahid menyayangkan penggunaan gas air mata oleh petugas gabungan yang mengenai sejumlah siswa di Rempang Batam.
Alissa Wahid menyayangkan penggunaan gas air mata oleh petugas gabungan yang mengenai sejumlah siswa di Rempang Batam. /tangkap layar/rempang/

KEPRI POST - Putri sulung Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid alias Alissa Wahid menyoroti penggunaan gas air mata oleh petugas gabungan yang mengenai sejumlah siswa SD dan SMP di Rempang Batam.

Menurut Alissa Wahid, penggunaan gas air mata tidak boleh sembarangan. Apalagi kepada rakyat yang sedang mempertahankan kelangsungan hidup.

"Harus ada alasan kuat," ujarnya, mengutip akun Twitter @AlissaWahid pada Minggu, 10 September 2023.

Baca Juga: Banyak Siswa Terkena Gas Air Mata, KPPAD Batam Duga Ada Pelanggaran Hukum di Rempang Batam

Penggunaan gas air mata itu dilakukan petugas gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, BP Batam, dan Satpol PP saat mengurai massa yang memblokade Jembatan 4 Barelang di Rempang Batam.

Kabid Humas Polda Kepulauan Riau (Kepri), Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengaku bahwa pihaknya sudah sesuai aturan saat melontarkan gas air mata ke arah massa.

Ia membantah mengarahkan gas air mata ke anak sekolah yang lokasinya berdekatan dengan lokasi bentrok.

"Gas (air mata) dialihkan ke kerumunan tapi tertiup angin," katanya.

Baca Juga: Gas Air Mata Jatuh 30 Meter dari Sekolah di Rempang Batam, Banyak Siswa Pingsan

Alissa Wahid menyebutkan bahwa kalau benar karena angin jadi kena anak-anak, berarti polisi kurang terampil.

"Harusnya bisa menghitung. Apa tidak belajar dari kanjuruhan?" cuitnya.

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi pasca kekalahan Arema 2-3 atas Persebaya pada laga yang berlangsung pada Sabtu, 1 Oktober 2022 malam. Kekalahan tersebut memicu sejumlah suporter menyerbu masuk ke dalam stadion.

Kerusuhan semakin membesar dengan adanya pelemparan flare dan benda-benda lainnya. Polisi berupaya menghalau para suporter dan akhirnya menembakkan gas air mata yang membuat banyak orang berhamburan hingga ada yang terinjak-injak.

Berdasarkan data, korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur sebanyak 131 orang, sementara 440 orang mengalami luka ringan dan 29 orang luka berat.

Bisa Dikategorikan Tindakan Kekerasan

Sementara itu Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kota Batam dalam telaahnya menduga adanya pelanggaran hukum oleh oknum aparat saat menembakkan gas air mata dalam kerusuhan di Tanjung Kertang, Rempang, Batam pada Kamis, 7 September 2023.

"KPPAD Kota Batam menganggap perlu dan penting melakukan telaah kasus terkait adanya beberapa korban usia anak yang jatuh pingsan. Disebabkan oleh paparan gas air mata yang ditembakkan oleh Tim Terpadu," sebut Ketua KPPAD Kota Batam, Abdillah.

KPPAD Batam menjelaskan bahwa akibat paparan gas air mata, banyak siswa dan guru di SDN 24 dan SMPN 22 yang lari berhamburan menyelamatkan diri. Bahkan, ada yang harus dievakuasi ke rumah sakit karena jatuh pingsan dan lemas.

Baca Juga: Warga Rempang Batam Siapkan Demo Besar-Besaran 11 September, Tuntut Rudi Minta Maaf

Gas air mata itu diduga ditembakkan oleh tim terpadu yang terdiri dari Pemko Batam, TNI, dan Polda beserta jajarannya. Penembakan gas air mata ini diduga upaya tim terpadu untuk mengurai massa yang menghalangi pemasangan patok dan pengukuran tanah di Rempang.

Informasi yang didapatkan KPPAD Batam, gas air mata itu jatuh sekitar 30 meter di depan gerbang sekolah, saat siswa sedang belajar. Asap gas air mata itu masuk ke sekolah.

"Menelaah dari dampak perbuatan menembakkan gas air mata pada para korban, maka tindakan tersebut bisa dikategorikan sebagai 'tindakan kekerasan'," tegasnya.***

Editor: Zaki Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x