Kualitas Demokrasi Menurun, Ketua Dewan Pers: Kami Harus Memperkuat Kembali Freedom of Press

- 9 Juni 2022, 13:15 WIB
Ilustrasi - Ketua Dewan Pers menyinggung soal hacker dan buzzer
Ilustrasi - Ketua Dewan Pers menyinggung soal hacker dan buzzer /Pixabay/OpenClipart-Vectors/

KEPRI POST - Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra menegaskan upayanya dalam meningkatkan kebebasan pers di tengah makin menurunnya kualitas demokrasi di Indonesia.

"Kami harus menegakkan kembali serta memperkuat kembali freedom of press, yang memang beberapa tahun ini mengalami kemerosotan," ujarnya, dikutip kepripost.com dari berita Pikiran-Rakyat, Kamis, 9 Juni 2022.

Upaya penguatan kebebasan pers itu disampaikan Azyumardi saat hadir di Karni Ilyas Club (KIC). Ia menyebut kualitas pers juga menurun setiap hari.

"Iya sih (kualitas media di Indonesia terus menurun), itu menjadi salah satu agenda pokok yang memang saya gaungkan. Tapi yang paling pertama kita harus sorot itu adalah, bahwa Dewan Pers harus mengukuhkan diri sebagai pilar demokrasi yaitu mengokohkan kebebasan pers," katanya.

Baca Juga: Razia Gabungan, Bapenda Kepri dan Sat Lantas Polresta Barelang Tilang 55 Kendaraan dan 31 Tak Bayar Pajak

Menurut Azyumardi, berbagai data juga mengungkapkan hal yang sama. Hal ini bisa didapatkan baik dari dalam maupun luar negeri.

Data itu didapatkannya dari berbagai lembaga yang menurutnya kredibel, seperti Indikator dan SMRC.

"Demokrasi Indonesia mengalami kemunduran, decline, atau mengalami back sliding ke belakang dan bahkan cacat. Lembaga-lembaga tersebut menemukan bahwa semakin banyak orang, publik, takut bicara," tuturnya.

"Kenapa mereka takut bicara? Karena kebebasan itu sudah dibayang-bayangi misalnya UU ITE, kalau ada laporan ataupun pemberitaan diungkapkan ke publik maka bisa dikriminalisasikan, termasuk jurnalis," katanya.

Baca Juga: Ribuan WNA Masuk Batam Selama Mei 2022, Didominasi Singapura

Tidak hanya itu, saat ini juga banyak cara yang dilakukan oknum untuk menghentikan kebebasan pers.

Menurutnya, ada semakin banyak buzzer dan hacker yang mencoba menghalangi kebebasan berpendapat dan kebebasan pers.

"Kan mereka (buzzer) adalah influencer atau mendengung dan pemengaruh. Selain itu orang-orang kritis gawainya juga di-hack, dibajak dan banyak itulah," tutur Azyumardi.

Baca Juga: Dari Mana Awal Api? Ini Kronologis Kebakaran PT PCI Batam

"Misalnya waktu itu, Dosen UGM dan UI membahas tentang isu pemakzulan Presiden, hanya membahas itu saja dari sudut konstitusi. Namun semua pembicaraan itu diganggu dengan hp dan sampai tidak bisa menyelenggarakan diskusi itu," ucapnya.

Berbagai hal itu menurutnya perlu diwanti-wanti banyak pihak, karena menurutnya pers adalah salah satu indikator demokrasi.

Menurut Azyumardi, bila kebebasan pers tidak dijaga maka esensi demokrasi juga akan berkurang.***

Editor: Zaki Setiawan

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x